Kemajuan Musik Digital dan Pengaruhnya pada Generasi Muda Saat Ini
Kemajuan Musik Digital dan Pengaruhnya pada Generasi Muda Saat Ini
Perkembangan Musik Digital di Dunia dan Indonesia World Economic Forum (WEF) dan PricewaterhouseCoopers (PwC) dalam laporannya menyebut sejak 2019 rekaman dalam berbagai bentuknya unduhan digital, penjualan album secara fisik, lisensi musik untuk film, iklan, dan gim mendominasi sumber pendapatan industri musik global. Menggeser sumber penampilan langsung atau konser yang sebelumnya selalu mendominasi pemasukan ke industri. WEF dan PwC memproyeksikan pada 2019 rekaman menyumbang US$ 28,8 miliar atau Rp 406,1 triliun dengan kurs Rp 14.100/US$ terhadap total pendapatan industri musik dunia. Sedangkan, konser menghasilkan lebih sedikit: US$ 27 miliar yang setara dengan Rp 380,7 triliun. Tren ini diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang.
Seiring dengan maraknya pembajakan dan perkembangan teknologi, kini label rekaman dan konsumen juga mulai mengadopsi layanan siaran langsung atau streaming untuk merekam dan menikmati musik. Layanan ini bahkan berkontribusi hampir setengah dari total pendapatan industri musik global. Berdasarkan data International Federation of the Phonographic Industry (IFPI) dan WEF, layanan streaming musik mampu meraup US$ 8,9 miliar yang setara Rp 125,5 triliun dan berkontribusi 47% terhadap total pendapatan industri secara global. Kontribusi tersebut meningkat pesat dari 2013 yang hanya 9% dengan nilai US$ 1,4 miliar atau setara Rp 19,7 triliun.
Peningkatan pesat kontribusi layanan streaming terhadap total pendapatan industri musik global tak lepas dari jumlah penikmat yang terus berkembang. McKinsey & Company memproyeksikan pengguna layanan streaming musik di Asia mencapai 87 juta pada 2020. Meningkat hampir dua kali lipat dari 2015 yang sebanyak 47 juta orang. Pengguna layanan streaming musik kebanyakan berusia muda.
Dalam laporan 2016 lalu, penyedia layanan streaming musik JOOX menyebut lebih dari 80% pengguna di Asia Tenggara berusia di bawah 35 tahun. Hal ini menunjukkan anak muda bakal menjadi pasar potensial bagi pelaku layanan streaming musik ke depannya. JOOX menangkap potensi tersebut dengan memosisikan diri sebagai penyedia layanan yang menyenangkan, digital, dan berjiwa muda. Pasar musik digital Asia sebetulnya tergolong kecil secara global. Hanya menyumbang 14% dari total pendapatan industri musik global. Meski demikian, Asia tetap menjadi lahan basah bagi penyedia layanan musik digital lantaran memiliki 44% dari total pengguna internet dunia pada 2015. Asia juga berkontribusi 25% terhadap PDB global pada 2013.
Indonesia berada di posisi ketujuh pasar musik digital terbesar di Asia dengan potensi pendapatan mencapai US$ 21 juta pada 2015. Posisi pertama ditempati Jepang dengan potensi pendapatan sebesar US$ 432 juta. Akan tetapi, pada 2016 McKinsey & Company menyebut Indonesia sebagai bagian empat negara paling potensial untuk industri musik digital selain Thailand, Hong Kong, dan Malaysia. Indonesia berkontribusi terhadap 34,7% pasar JOOX. 9,8% pasar Spotify, dan 10,2% pasar SoundCloud di Asia Tenggara.
Pandemi Menegaskan Potensi Musik Digital
Pandemi Covid-19 yang mulai mewabah sejak awal 2020 menjadi pukulan keras bagi industri musik dunia. Pembatasan pergerakan masyarakat untuk memutus penularannya membuat konser batal terlaksana. Misalnya gelaran Synchronize Fest yang sedianya pada Oktober lalu. Di sisi lain, kondisi tersebut semakin menegaskan potensi musik digital. Salah satunya tercermin dari meningkatnya pengguna aktif Spotify. Pada kuartal II-2020, terdapat 299 juta pengguna aktif platform tersebut atau naik 4,5% dibanding kuartal sebelumnya. Jumlah pelanggan berbayarnya pun meningkat 6,2% menjadi 138 juta pengguna. Menurut penelitian Counterpoint, pendapatan musik digital menurun 2% di kuartal II-2020 dibanding kuartal sebelumnya. Namun meningkat 13% dibanding tahun lalu dalam periode yang sama di titik US$ 6,7 miliar. Angka itu setara dengan Rp 94,5 triliun masih dengan kurs Rp 14.100/US$. Sementara itu, kuantitas pelanggan berbayar meningkat 29% dari tahun lalu.
“Pertumbuhan melambat terjadi di kuartal II, dan untuk pertama kalinya pendapatan menurun berurutan,” ujar analis penelitian Abhilas Kumar. Menurut Abhilas, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penurunan pendapatan. Layanan musik digital menawarkan sejumlah diskon, seperti gratis berlangganan selama beberapa bulan sebagai bagaian strategi pemasaran. Selain itu, penurunan tarif langganan berbayar agar pengguna tetap loyal terhadap layanan tersebut. Persoalan lain adalah pendapatan iklan yang menurun drastis sejak banyak perusahaan memilih untuk memotong pengeluarannya akibat terdampak krisis pandemi.
Pengaruh Kemajuan Musik Digital Pada Generasi Muda Saat Ini
Pada era digital saat ini semua orang di dunia bisa mengakses semua hal di internet termasuk mendengarkan musik. Ada dampak yang mempengaruhi generasi muda saat ini yaitu ada dampak positif dan dampak negatif.
Dampak Positif
- Keuntungan pertama yang kita dunia musik peroleh dari era digital adalah akses yang jauh lebih luas pada referensi musik.
- Teknologi digital juga membuat mereka lebih mudah merekam musik yang mereka buat. Perekaman menjadi lebih sederhana dan murah. Ini membuat siapa pun bisa membuat rekaman atau demo karya mereka. Bahkan mereka bisa melakukannya di rumah.
- Dengan teknologi digital pula karya-karya itu lebih mudah untuk disebar ke seluruh dunia
Dampak Negatif
- Mudahnya penyalilan file membuat lagu atau karya musik bisa berpindah tangan dan digandakan dengan begitu cepat dan masif. Akibatnya, karya musik tidak terlindungi.
- Orang tidak lagi membeli CD, sejumlah toko musik tutup, musisi tidak lagi mendapat royalti dari lagu yang diputar penggemarnya.
Referensi :
https://katadata.co.id/muhammadridhoi/analisisdata/5fe021d22b87e/wajah-baru-industri-musik-di-era-digital
Komentar
Posting Komentar